Selamat Jalan Kang Dedi Supardi

Selamat Jalan Kang Dedi Supardi

Selamat Jalan Kang Dedi Supardi

MASYARAKAT Cirebon kembali berduka. Setelah Walikota Cirebon (periode 2013-2018), H. Ano Sutrisno, MM, meninggal pada 19 Februari lalu, kini kabar duka kembali menyelimuti warga Cirebon, terutama Kabupaten Cirebon.

Ya, berita itu datang secara tiba-tiba. “Telah berpulang ke Rahmatullah, Mantan Bupati Cirebon Drs. H. Dedi Supardi MM, Kamis (2/7/2015) di RS Sumber Waras, Cirebon sekitar pukul 19.15 WIB” demikian SMS yang saya peroleh kemarin (Kamis, 2/7/2015) pukul 19.30 WIB.

Sebagai warga Cirebon saya sangat kaget dan penasaran dengan berita ini. Bagaimana tidak, beberapa waktu lalu Kang Dedi—demikian saya menyapanya—masih sempat diwawancarai oleh awak media perihal kasus yang sedang menjeratnya; di samping sakit yang dideritanya. Waktu itu Kang Dedi terlihat berwajah cerah. Karena penasaran, saya pun bertanya ke beberapa kolega perihal info tersebut. Termasuk berbagai link online media cetak di wilayah 3 Cirebon. Ternyata apa yang saya dapatkan lewat SMS benar. Ya, hampir semuanya mengabarkan bahwa Kang Dedi sudah meninggal.

Profil Singkat

Ya, tutup usianya Mantan Bupati Cirebon, Kang Dedi, meninggalkan duka yang mendalam, terutama bagi kolega dan warga Kabupaten Cirebon. Pria kelahiran 23 Desember 1958 tersebut tutup usia pada Kamis (02/07) pukul 19.15 WIB di Rumah Sakit Sumber Waras Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Semasa hidup, Kang Dedi dikenal sudah makan asam garam dalam dunia perpolitikan khususnya di Kabupaten Cirebon. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini banyak dikenal warga Kabupaten Cirebon sebagai Bupati yang tegas dan dinilai cukup sukses dalam membangun Kabupupaten Cirebon selama dua periode sejak tahun 2003-2013.

Sepengetahuan saya, karir Kang Dedi penuh hambatan dan tantangan. Singkat cerita, setelah Kang Dedi lulus kuliah, sempat menganggur delapan bulan, kemudian diterima kerja. Langkahnya merangkak meraih masa depan, mulai dari Tenaga Penyuluh Lapangan di Bandung, diangkat sebagai PNS menduduki jabatan struktural Kepala Unit Pelayanan Teknis, Kepala TU hingga akhirnya sebagai Kepala Kantor Departemen Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon pada tahun 1988.

Setelah itu, Kang Dedi menjadi Kepala Seksi Monitoring dan Laporan tahun 1991, kemudian menjadi Kapla Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dari tahun 1998 hingga 2000. Lantas karirnya melonjak naik tatkala pada tahun 2000 ia ditunjuk sebagai Wakil Bupati Cirebon. Langkah politiknya makin cemerlang tatkala ia menjadi Bupati Cirebon menggantikan H. Sutisna SH.

Pada periode Pertama (2003-2008) Kang Dedi berpasangan dengan Nur Asyik. Pada Periode kedua (2008-2013) Pemilihan Umum dilakukan secara langsung dan Kang Dedi berpasangan dengan Bapak Ason Sukasa sebagai Wakil Bupati. Kapabilitasnya menjadi seorang Bupati membuatnya terpilih dua periode secara berturut-turut hingga akhirnya beliau digantikan oleh Bupati Cirebon sekarang, Drs. H. Sunjaya Purwadisastra MM. M.Si.

Kang Dedi tutup usia di umur 56 tahun lebih dan meninggalkan satu istri, Hj. Sri Heviyana Supardi dan empat orang anak, Dea Angkasa Putri, Deby Rattania, Andi Yusuf dan Andi Atman Maulana.

Kang Dedi yang Saya Kenal

Saya mengenal Kang Dedi sejak 2009. Waktu itu, saya mendapatkan kiriman buku seputar profil beliau. Jujur saja, waktu itu saya tertegun dengan perjalanan hidup dan karir beliau yang diceritakan dalam buku ber-cover warna hijau muda itu. Bahkan setelah membaca buku sederhana itu saya terinspirasi untuk menulis perjalanan dan pengalaman hidup saya selama sekian waktu berjalan.

Seingat saya, saya sempat bersua dengan Kang Dedi hanya dua kali. Pertama, ketika saya menghadiri acara Diskusi Publik (terbatas) yang diadakan oleh Pemerintahan Kabupaten Cirebon di Pendopo Bupati. Kedua, ketika Kang Dedi dan saya diundang sebagai panelis (pembicara) pada acara Diskusi Publik yang diadakan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Cirebon di Gedung Bakorwil 3 Cirebon dengan tema Kepemimpinan Muda.

Selintas melihat tampang wajahnya, saya menduga bahwa Kang Dedi adalah pemimpin yang kasar dan tak mungkin bisa menyapa rakyat, bahkan sangat susah ditemui oleh masyarakat umum. Namun setelah sempat berbincang langsung dengan beliau dugaan saya ternyata salah. Sebab Kang Dedi, ternyata sangat terbuka dan biasa berbincang dengan siapapun. Beliau juga kerap bercanda khas “Sunda” juga “Jawa”.

Tidak cukup di situ. Kang Dedi juga dekat dengan berbagai kalangan. Bukan saja lintas partai politik dan suku, bahkan lintas usia; di samping kalangan akademisi, aktivis mahasiswa, pegiat organisasi kepemudaan, kalangan media, penulis, seniman, pengusaha, pedagang kaki lima dan sebagainya.

Sebagai warga baru di Cirebon yang kerap mengikuti berbagai pemberitaan media massa, saya juga mendapatkan suguhan bahwa Kang Dedi punya karakteristik kepemimpinan yang unik. Dengan segala kelemahan dan kekurangannya, dari praktik kepemimpinannya selama dua periode, terutama di akhir masa jabatannya, ternyata Kang Dedi adalah pemimpin yang “perhatian” dan “terbuka”. Hal ini bisa dipahami dari kesediaan beliau untuk menerima bahkan menyapa dengan santun dan ramah kepada siapapun yang menyapa beliau, termasuk yang datang ke Pendopo.

Selebihnya, tulisan ini tentu tak cukup untuk menyebut berbagai kelebihan dan keunikan Kang Dedi. Namun sebagai warga negara sekaligus sebagai muslim, kita tetap memiliki kewajiban untuk mengambil yang terbaik dari apa yang dilakoni oleh Kang Dedi selama hidupnya, termasuk dalam hal kepemimpinannya. Selebihnya, mari maafkan kesalahan beliau dan doakan ketenangan sekaligus ikhlaskan kepergian beliau untuk selamanya.

Selanjutnya, ada satu hal penting yang patut disadari dari kepergian beliau, bahwa siapapun kita, sesungguhnya ajal kematian sudahlah pasti. Hanya cara dan momentumnya kita tak tahu. Allah Sang Penguasa adalah penentu sekaligus yang mengatur segalanya. Kita hanya diberi kuasa untuk melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Baik sebagai pengemban mandat publik maupun sebagai rakyat biasa. Akhirnya, selamat jalan Kang Dedi, semoga Allah menyediakan bagimu surga! [Oleh: Syamsudin Kadir—Direktur Eksekutif Mitra Pemuda, Penulis buku POLITICS. Tulisan ini dielaborasi dari tulisan aslinya yang berjudul “Selamat Jalan Kang Dedi Supardi?”, yang dimuat pada Kolom Opini Harian Umum Fajar Cirebon hal. 12, Senin 6 Juli 2015].

Tinggalkan komentar