Menulis itu Proyek Hidup

AzkaBEBERAPA waktu terakhir saya kerap mendapat pertanyaan juga curahan hati (curhat) dari banyak teman juga pembaca di seluruh Indonesia, baik melalui media sosial seperti facebook dan blog maupun melalui melalui e-Mail dan SMS ke nomor HP saya. Banyak hal atau tema yang menjadi soal. Namun diantara hal atau tema penting yang saya dapatkan adalah seputar kepenulisan. Intinya, mereka bertanya soal alasan atau pemicu yang membuat saya hingga kini masih bergulat dengan aktivitas kepenulisan. Di samping upaya mereka untuk berbagi pengalaman dan motivasi seputar hal yang sama.

Sebagai upaya berbagi juga, melalui tulisan sederhana ini saya juga mencoba mengelaborasi sebagaian poin dari beberapa hal atau tema yang saya maksud. Sebagai awalan saya ingin menegaskan bahwa sebetulnya banyak alasan yang mendorong saya untuk selalu menekuni aktivitas menulis. Sebagaimana yang pernah saya sampaikan dalam berbagai tulisan lepas dan saat diundang menjadi pembicara dalam berbagai forum seminar, workshop dan bedah buku termasuk pelatihan kepenulisan, bahwa saya menulis karena beberapa alasan, diantaranya, rasa ingin yang kuat, mengikuti selera lama, mengisi waktu luang, mewariskan catatan untuk anak-cucu, berbagi cerita, motivasi hidup, menebar cinta, menggali kata dan sebagainya.

Ya, banyak alasan yang mendorong saya untuk menulis dan terus menulis. Suatu ketika anak pertama saya, Azka Syakira, pernah menyampaikan begini, “Ayah, Azka ingin membuat banyak tulisan dan gambar, supaya buku dan bukpennya hidup”. Subhanallah, apa yang dikatakan Azka sangat menginspirasi saya. Jadi, bagi saya, menulis adalah proyek hidup. Maknanya, menulis saya jadikan sebagai sesuatu yang menemani atau menyertai kehidupan saya. Apapun aktivitas yang saya lalui di tiap harinya, saya berkomitmen untuk menjadikan aktivitas menulis sebagai rutinitas yang tak boleh ditinggalkan. Dengan berbagai kegiatan yang melingkupi dan kadang melelahkan, saya tetap menjadwalkan diri untuk menulis. Sebab menulis, sekali lagi, merupakan proyek hidup yang mesti saya tunaikan di setiap harinya sesuai jadwal yang sudah saya targetkan.
Suatu ketika seorang teman—melalui salah satu akun media sosial—menyemangati saya untuk menulis dan menulis. Kata dia, terlebih di era media teknologi yang makin maju dan penguasaan pengetahuan semakin kompetitif ini, menulis menjadi pilihan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Jika di berbagai link website, blog dan berbagai akun media sosial lainnya ditemukan berbagai tulisan yang bernada negatif alias jorok, maka dengan menulis hal-hal yang positif kita dapat menyeimbangi bahkan menghadang semuanya secara pelan-pelan. Kata dia, tak cukup menghadapi keburukan dengan mengumpat dan mencaci maki, karena itu perlu mengambil kontribusi sesuai kemampuan juga potensi kita. Termasuk dengan menulis.

Kadir broSingkatnya, memilih jalan kepenulisan adalah sebentuk janji setia untuk menebar kebaikan melalui kata. Kemampuan kita mengolah kata dalam bentuk tulisan adalah seni sekaligus potensi yang perlu kita kelola dengan baik. Di saat kemajuan teknologi yang semakin canggih ini, menulis merupakan agenda mendesak yang perlu kita fokuskan. Mengapa? Ya, karena semuanya serba gratis. Membuat website, blog, akun dalam bentuk berbagai media sosial juga gratis. Membaca dan mengambil manfaatnya pun semuanya serba gratis. Dalam kondisi demikian, satu hal yang perlu kita lakukan hanyalah menulis : mengisi kesempatan atau peluang ini secara seksama, serius, sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab.

Dalam bayangan saya, Allah Maha Tahu bahwa kita memiliki keterbatasan, kemudian Allah menganugerahi kecanggihan teknologi untuk kita manfaatkan dengan penuh amanah dan bertanggungjawab. Ini merupakan anugerah yang benar-benar perlu kita isi dengan menulis : menebar kebaikan dengan jalur pena. Kemampuan kita untuk memanfaatkan peluang ini sangat menentukan apakah kita masih waras atau sudah kehilangan akal sehat. Bagi yang berakal sehat tentu mengisi peluang ini dengan menulis adalah pilihan yang menakjubkan. Ya, kalau medianya sudah gratis, tinggal kita manfaakan saja. Tak perlu banyak alasan untuk malas, selain ajal menjemput tiba.

Sekadar berbagi dan menambah semangat kita, saya menganjurkan untuk terus membangun komitmen, buat target, dan mulai lakukan dari sekarang; ya menulislah dari sekarang. Buatlah sebanyak mungkin alasan yang mendorong atau memotivasi kita untuk menulis. Kalau kita sudah memiliki niat dan tekad yang kuat, akan sangat mudah bagi kita untuk menulis. Susunlah sebanyak mungkin alasan yang membuat kita terdorong untuk menulis untuk setiap harinya. Sediakan waktu khusus untuk itu. Kalau sudah biasa, nantinya akan bisa dan terbiasa. Itulah yang meneguhkan niat baik kita untuk menjadikan aktivitas menulis sebagai proyek hidup.

Sungguh, saya masih merasakan beberapa tahun silam suatu kondisi yang sangat terbatas. Ya, zaman dulu ketersediaan sarana penunjang untuk menulis belum begitu canggih secanggih sekarang. Komputer saja masih jarang, laptop apalagi. Kalau menulis, orang masih mengandalkan mesin tik (mesik ketik), bahkan catatan harian atau buku saku. Terbatas memang, namun justru dari kondisi demikian ada begitu banyak karya tulis yang monumental. Keterbatasan justru menjadi motivasi yang mendorong dan menyemangati orang untuk menulis atau menghasilkan karya.

Sekarang, kita bisa menikmati berbagai saran dan prasarana penunjang dapat kita lihat dan nikmati begitu gratis. Maknanya, zaman kita sekarang adalah zaman penuh gratis dan banyak kemudahan. Kalau kesempatan yang tersedia alias serba gratis ini kita manfaatkan atau isi untuk hal-hal yang positif, terutama menulis, maka kita akan memperoleh banyak manfaat. Bukan saja manfaat materi, tapi juga manfaat imateril berupa keberkahan hidup.

Dengan begitu, jadikan aktivitas menulis sebagai wujud syukur kepada Allah atas semua anugerah yang kita peroleh selama ini. Jadikan aktivitas menulis sebagai media untuk menyebarkan kebaikan dan menjelaskan kebenaran, serta membagi nilai juga prinsip-prinsip hidup yang baik. Mari jadikan aktivitas menulis sebagai proyek dalam hidup kita. Ya, aktivitas menulis benar-benar kita jadikan sebagai agenda penting dalam perjalanan hidup kita. [Oleh: Syamsudin Kadir—Direktur Eksekutif Penerbit Mitra Pemuda, Penulis ratusan artikel dan essay di berbagai Surat Kabar, Pegiat PENA dan Pendidikan Islam di IAI Bunga Bangsa Cirebon.Kota Cirebon-Jawa Barat, Sabtu 30 Juli 2016]

Tinggalkan komentar